Sunday, July 20, 2025

"Alhamdulillah Masih Berbuah Manis," SMA Negeri 1 Sapeken Juara 3 Lomba Gerak Jalan Kreasi Tingkat Kecamatan

SMAKEN POST - SMA Negeri 1 Sapeken puteri berhasil meraih prestasi gemilang dengan menyabet juara 3 terbaik dalam ajang lomba Gerak Jalan Kreasi tingkat SMA/MA se-Kecamatan Sapeken. Kegiatan ini diselenggarakan oleh panitia Pemerintah Kecamatan Sapeken sebagai bagian dari rangkaian agenda HUT Kemerdekaan RI ke-80 tahun 2025.

Semua tim start di pendopo kecamatan Sapeken melintasi sepanjang jalan raya. Dimulai sekitar pukul 14.00 WIB, bergerak ke arah barat jalan memutar hingga berakhir kembali ke finish di pendopo Kecamatan Sapeken. Sebagai penilaian juri saat menyusuri jalan, mereka harus melewati 3 pos untuk beratraksi sesuai kreatif masing-masing regu.

Lomba gerak jalan kreasi yang digelar pada tanggal 18 Agustus 2025 tersebut, diikuti oleh 15 regu pelajar dari berbagai sekolah menengah di Kecamatan Sapeken. Setiap tim ditantang untuk menunjukkan kekompakan, kerapian barisan, ketepatan waktu, dan kreatifitas, serta semangat nasionalisme dalam baris-berbaris.

Pemenang tim puteri bernomor dada 103, dari 4 regu masing-masing 2 putera dan 2 puteri SMA Negeri 1 Sapeken ini, tampil memukau berseragam pramuka dengan pesona asesoris tali komando variasi nastel-nestel. Dipadu bercorak pilinan sirkuit berwarna kuning dengan line tengah warna merah. Mereka beraksi dengan formasi kreatif dan rapi, gerakan kompak, dan semangat juang yang menginspirasi para penonton serta dewan juri. Tentu saja karena dengan latihan yang intensif selama beberapa pekan terakhir, regu dari gabungan kelas X terdiri 14 peserta ditambah 1 komandan ini, mampu menunjukkan performa terbaiknya di tengah persaingan yang sangat ketat.

Kepala SMA Negeri 1 Sapeken, Fujianto, S.S., M.Pd, menyampaikan rasa bangganya atas pencapaian ini. Betapa prestasi ini merupakan hasil kerja keras siswa, pembina, dan seluruh pihak yang terlibat. Semua tim sudah menunjukkan perjuangan maksimal. "Dengan semangat kebersamaan ini menjadi bukti bahwa dengan gigih dan kerja keras, tidak ada yang tidak mungkin untuk diraih. Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi siswa lainnya untuk terus berprestasi dan mengharumkan nama sekolah," ujarnya.

"Terik sinar matahari tidak menjadi penghalang untuk berlatih mempersiapkan fisik, mental, serta menentukan ide kreasi dalam ketrampilan baris berbaris. Jauh hari sebelum lomba telah kami persiapkan. Tidak hanya siang hari kami latihan. Bahkan di malam hari setelah Isya' kami gunakan waktu latihan. Alhamdulillah masih berbuah manis," tutur 1 siswi pemenang lomba ini, Nikita Apriliana. (Crew Jurnalistik SMAKEN POST)

Wednesday, July 9, 2025

Air Tawar di SMAN 1 Sapeken: Inovasi Kecil yang Mengubah Wajah Pendidikan

 


Di ujung timur Pulau Madura, tersembunyi sebuah kisah sederhana namun menginspirasi dari SMAN 1 Sapeken. Berdiri sejak tahun 2002 di wilayah kepulauan yang terpencil, sekolah ini selama lebih dari dua dekade bergumul dengan satu persoalan mendasar: kekurangan air tawar. Air asin menjadi bagian dari keseharian siswa—bukan karena pilihan, tetapi karena keadaan. Air yang tersedia selama ini bersumber dari sumur dengan kadar garam tinggi. Tidak hanya mengganggu kenyamanan saat beribadah dan kegiatan belajar mengajar, tapi juga membuat aktivitas dasar seperti menggunakan toilet menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan. "Saya tidak ikut salat berjamaah karena air wudhunya asin, bikin mata perih," ujar seorang siswa kepada guru mereka. Saya ijin mau pulang untuk ke kamar mandi ujar siswa yang lain. Keluhan sederhana itu menjadi titik balik yang memicu lahirnya inovasi besar dari sekolah kecil ini.

 

Masalah yang Terabaikan

 

Masalah air asin di SMAN 1 Sapeken bukan hal baru. Namun selama ini, kondisi itu diterima sebagai "kenormalan" hidup di pulau. Siswa terbiasa pulang ke rumah hanya untuk buang air, bahkan membeli air mineral untuk keperluan sanitasi pribadi. Ini tidak hanya menurunkan kenyamanan, tetapi juga mengganggu proses belajar.

Melihat urgensi tersebut, kepala sekolah bergerak cepat. Keluhan siswa diverifikasi kepada warga sekolah lain, hingga akhirnya diputuskan bahwa masalah ini tak bisa dibiarkan.

Dari Musyawarah Hingga Gotong Royong

 

Solusi dimulai dari hal paling sederhana: rapat guru. Dalam musyawarah, disepakati bahwa sekolah perlu mencari sumber air tawar yang bisa dimanfaatkan. Kepala sekolah bersama tim kemudian melakukan penjajakan ke masyarakat sekitar, dan sambutan pun tak terduga: tujuh warga bersedia menawarkan sumur pribadi mereka untuk digunakan sekolah.

Setelah melalui seleksi, satu sumur terbaik dipilih. Lokasinya strategis, dan kualitas airnya paling layak untuk kebutuhan sekolah.

Tanpa menunggu bantuan besar, sekolah membeli pipa paralon dan memanfaatkan mesin pompa air lama (Sanyo) yang ada. Proses pemasangan dilakukan secara gotong royong antara guru, siswa, dan warga sekitar.


Hasilnya? Untuk pertama kalinya dalam 23 tahun, air tawar mengalir di sekolah.

 

 

 

Perubahan yang Nyata

 

Inovasi ini bukan hanya soal air. Ini tentang mengembalikan martabat siswa dalam menjalani kehidupan sekolah.

   Siswa kini nyaman beribadah.

   Tidak ada lagi izin mendadak untuk pulang ke rumah karena ingin ke toilet.

   Kegiatan belajar-mengajar berjalan lebih lancar.

   Kebersihan sekolah meningkat drastis.

   Banyak tanaman hias yang mulai hidup

   Dan yang terpenting: partisipasi warga dalam pendidikan terasa nyata.

 

Memanusiakan Pendidikan

 

Inovasi pengadaan air tawar ini mungkin tampak sederhana di mata luar. Tapi di Sapeken, ini adalah lompatan besar. Ia menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya tentang nilai dan kurikulum, tetapi juga tentang keberpihakan terhadap kebutuhan dasar anak-anak.

Kepala sekolah menyebutnya sebagai upaya untuk memanusiakan pendidikan, sebuah frasa yang mungkin terlalu sering didiskusikan namun jarang keberpihakannya pada hari ini.

SMAN 1 Sapeken berharap langkah kecil ini bisa menginspirasi sekolah-sekolah lain, khususnya di daerah-daerah kepulauan dan  terpencil yang menghadapi tantangan serupa. Karena sejatinya, inovasi bukan soal teknologi tinggi, tetapi tentang keberanian untuk peduli terhadap mahluk hidup dan alam sebagai ciptaan Allah SWT.

 

Penulis: Fujianto, S.S., M.Pd

 

Kepala Sekolah SMAN 1 Sapeken